Salah Nalar
Selasa, 08 Oktober 2013
Salah Nalar
1.
Pengertian Salah Nalar (Fallacy)
Salah nalar dapat
terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini
terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih
dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
Pada salah nalar kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat. Telaah
atas kesalahan itu membantu kita menemukan logika yang tidak masuk akal dalam
tulisan.
Contoh salah nalar :
Emilia, seorang alumni STIE Serelo Lahat, dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, Halimah seorang alumni STIE
Serelo Lahat, tentu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Salah nalar ada dua macam
1. Salah nalar induktif, berupa :
a) kesalahan karena generalisasi
yang terlalu luas,
b) kesalahan penilaian
hubungan sebab-akibat,
c) kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
a)
kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi,
b)
kesalahan karena adanya term keempat,
c)
kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi, dan
d) kesalahan
karena adanya 2 premis negatif. Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh
benar dan boleh tidak benar.
2.
Jenis-jenis Salah Nalar
a. Deduksi yang salah
Salah nalar yang amat lazim ialah
simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis
yang tidak memenuhi syarat. Misalnya: Pengiriman manusia ke bulan hanya
penghamburan. ( Premisnya: Semua eksperimen ke angkasa luar hanya
penghamburan).
b. Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini disebut juga induksi yang salah karena jumlah
percontohnya yang terbatas tidak mamadai. Harus dicatat bahwa kadang-kadang
percontoh yang terbatas mengizinkan generalisasi yang sahih.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga yang tidak
ramah).
c. Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
Salah nalar ini berpangkal pada keinginan pada keinginan untuk masalah
yang rumit dari dua sudut pandang (yang bertentangan) saja. Isi pernyataan itu
jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak betul, tentu salah: jika tidak putih,
tentu hitam. Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil.(Apakah
untuk menjadi terampil kita selalu
harus bersekolah?).
d. Salah nilai atas penyebaban
Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan sebab dan
akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab suatu
peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam hal yang menyangkut manusia,
penentuan sebab dan akibat sulit sifatnya. Salah nilai atas penyebab yang lazim
terjadi ialah salah nalar yang disebutpost hoc, ergo propter hoc ‘sesudah itu,
maka karena itu’.
Misalnya : Swie King jadi juara karena doa kita. (Lawan Swie King
tentu juga didoakan para pendukungnya).
e. Analogi yang salah
Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk
mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apa dan analogi
yang salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.
Misalnya : Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin
divisi. (Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).
f. Penyimpangan masalah
Salah nalar di sini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok, atau
jika kita menukar pokok masalah dengan pokok yang lain, ataupun jika kita
menyeleweng dari garis.
Misalnya : Program Keluarga Berencana tidak perlu karena tanah di
Kalimantan masih kosong (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya memiliki tanah).
g. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan
Salah nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan pokok yang tidak
langsung berkaitan, atau yang remeh, untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya,
orang merasa kesalahannya dapat dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah.
Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga.
(Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi dimana-mana).
h. Argumentasi ad hominem
Salah nalar terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya dan
bukan persoalannya. Khususnya di bidang politik, argumentasi jenis ini banyak
dipakai.
Misalnya: Ia tidak mungkin pemimpin yang baik karena kekayaannya
berlimpah. (Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya).
i. Imbauan
pada keahlian yang disangsikan
Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa kalangan ahli untuk
memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli sangat berguna
walaupun kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak kebenaran pokok
masalah.
Misalnya : kita mengutip pendapat bintang film tentang pengembangan
demokrasi.
j. Non
Sequitur
Dalam argumentasi, salah nalar ini mengambil simpulan berdasarkan premis
yang tidak, atau hampir tidak, ada sangkut pautnya.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu
usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendekiaan dan
kepandaian merumuskan usul).
3.
Salah Nalar dalam Komunikasi
Salah satu penyampaian komunikasi adalah berita, baik
itu dari media elektronik, ataupun dari media massa. Penyampaian berita yang
dsampaikan sering sekali terjadi kesalahan dalam berpikir, sehingga dapat
mengakibatkan kesalahan dalam penalaran/nalar bagi penerima berita.Kekurang
cermatan seseorang atau jurnalis dalam melihat hubungan logis antara satu fakta
dengan fakta lain dalam konteks hubungan sebab-akibat, dan kekurangcermatan itu
kemudian dituangkan dalam teks berita, bisa menyesatkan “logika” pembaca atau
pemirsa. Ketika pembaca atau pemirsa menganggap teks yang dihasilkan jurnalis
itu sebagai sebuah kebenaran, maka kesesatan logika pun jadi dianggap benar.
Fakta berupa pernyataan yang mengandung salah nalar atau sesat logika memang bisa saja
berasal dari narasumber. Bisa saja narasumber sengaja untuk kepentingan
tertentu, atau tak sengaja karena sebab tertentu. Namun, bukan berarti jurnalis
bisa begitu saja meloloskannya menjadi
fakta dalam teks berita. Bahkan, pada tahap awal, jurnalis seharusnya langsung mempersoalkan pernyataan
yang salah nalar itu kepada narasumber.
Sebagai contoh pernyataan salah nalar muncul di dua
media cetak, Kedaulatan Rakyat(24/3/09, hal 24) dan Koran Tempo (25/3/09, hal
B3) :
·
Pada Kedaulatan Rakyat, salah
nalar muncul di alinea ke-5 berita berjudul Golput Rugikan Proses Demokrasi.
Berita ini memuat pernyataan dua pimpinan partai politik tentang golput pada
saat keduanya kampanye, yaitu Yusril Ihza Mahendra (Ketua Majelis Syuro Partai
Kebangkitan Bangsa) dan MS Kaban (Ketua Umum Partai Bulan Bintang).
Alinea ke-5 berita tersebut, yang hanya terdiri atas
tiga kalimat (dua kalimat tak langsung dan satu kalimat langsung berupa
kutipan), memuat pernyataan MS Kaban tentang golput. Alinea selanjutnya berisi
topik lain yaitu tentang panwaslu. Alinea ke-5 ditulis demikian: Hal senada
diungkapkan Ketua Umum PBB, MS Kaban. Menurut Kaban, golput merupakan tindakan
orang yang tidak bertanggungjawab. “Sebab kita saat ini sedang mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya.
·
Pada Koran Tempo salah nalar
muncul pada berita tentang kelangkaan pupuk. Persoalan salah nalar mulai di judul hingga di tubuh berita. Judul
berita suratkabar ini demikian:Pupuk Langka karena Petani Belum Ikut Kelompok
Tani.
Pada lead (memimpin), salah nalar di judul dipertegas.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Aris Budiono menyatakan kelangkaan
atau kesulitan petani dalam memperoleh pupuk pada musim tanam kedua tahun ini
disebabkan masih banyak petani yang belum masuk kelompok tani.
4.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang
abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan
dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa
argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan
simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah
kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen.
Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi
dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran
manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi
tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama
dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan
dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga
dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan
hasil dari rangkaian pengertian.
5.
Kesimpulan & Saran
Jadi, maksud dari penalaran adalah untuk menemukan
kebenaran. Dan kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat
dipenuhi :
·
Suatu penalaran bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau
sesuatu yang memang salah.
·
Dalam penalaran, pengetahuan
yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar.
Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material.
Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan –
aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang
dijadikan sebagai premis tepat.
Untuk itu dalam berkomunikasi kita hendaklah
menggunakan kata-kata atau kalimat yang mudah di mengerti oleh orang lain,
sehingga tidak mengalami kesalahan nalar dalam berkomunikasi.
Saran
Komunikasi yang baik haruslah didukung dengan kecermatan dalam mengolah
kata-kata atau kalimat, dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
maka kesalahan dalam penyampaian informasi atau berita dapat terminimalisasikan
kesalahan nalar bagi pembaca atau penerima berita.
0 komentar:
Posting Komentar